Cara Mengetahui Tangguh dan Pasikutan Keris dari Tiap Tiap Jaman
MENELITI ASAL USUL PEMBUATAN KERIS ITU
Bila kita ingin mengetahui asal usual pembuatan keris maka
sebaiknyalah kita mengetahui dulu atau memperdalam soal apa yang
dinamakan PASIKUTAN. Setelah itu baru kita memegang pedoman dengan apa
yang dinamakan PANANGGUHAN.
Adapun catatan keduanya ini dapat
diterangkan seperti di bawah ini:
PASIKUTAN
Yang dinamakan pasikutan itu adalah catatan rasa yang terdapat
dalam perwujudan keris itu. Jadi kalau kita sudah memegang keris
tersebut, kita segera mendapat gambaran kenyataan bahwa umpamanya:
- Keri situ besarnya tidak seimbang dengan panjangnya.
- Kalau dilihat tebal tidak seimbang dengan panjang dan lebarnya.
- Kalau andaikan dalam bayangan angan angan keris tersebut kita
samakan dengan manusia, mungkin kelihatan keris itu terlalu bongkok, dan
kepala terlalu besar dan lain sebagainya.
- Keris dibayangkan seperti orang yang tidak bersemangat dan lain sebagainya.
- Perabaan perwujudan keris seperti orang yang gagah riang,tangguh,
kekar sereng dan lain sebagainya. Semuanya itu dalam istilah atau kata
kode pekerisan dinamakan PASIKUTAN.
PANANGGUHAN
Yang dimaksud panangguhan adalah pengira ira (bahasa jawa), atau
dalam bahasa umumnya perkiraan bahwa keris tersebut buatan jaman kapan.
Sebab walaupun sama sama dapur Naga Sasra umpamanya, tertapi banyak juga
perbedaannya dalam penggarapan atau beda dalam bahan bahannya. Sebab
walau keris itu walau sama dapurnya, tetapi dibuat atau dibabar oleh
lain jaman apalagi tempat asal pembuatannya, yang tentu saja bahan bahan
dan persyaratan persyaratan lain pun akan berbeda pula. Maka setelah
keris itu selesai dibuat, walaupun bentuk dan isiannya sama, tetapi
pasti kelihatan perbedaan bahan dan besar kecil panjang pendeknya
buatan. Semuanya itu menurut persediaan alam yang diambil atau yang
dipergunakan oleh si pembuat pusaka itu. Umpamanya mengenai syarat air,
kalau yang untuk mencampur pembikinan pusaka itu diambil dari
pegunungan kalau disbanding dengan air yang diambil dari tanah ngarai
seperti tempat yang dekat dengan air lautan. Jika keris itu selesai
dibuat, pastilah akan kelihatan pancara sinarnya yang lain. Keris yang
dibuat dengan campuran air pegunungan biasanya akan kelihatan seakan
akan lembab basah, sebaliknya keris dengan campuran air laut akan
kelihatan mengerak kering.
Adapun perputaran atau pergantian zaman pembuatan, orang orang kuna
sengaja menggunakan bahan bahan setempat sebagai syarat atau patokan
(standard) mereka
Disini dibabar perbedaan pembuatan keris pada zaman yang satu dengan zaman yang lain, umpamanya:
- KERIS BUATAN JAMAN PAJAJARAN
Keris buatan jaman itu bisa dilihat bahwa panjang kira kira dua
kilan atau kurang sedikit. Pengetrapan ganja atau bentuknya ambathok
mengkurep (bahasa Jawa). Sirah cecaknya panjang, Gandik nya miring
panjang. Sogokan tidak terlalu panjang. Adapun yang dibuat lengkok atau
LUK (bahasa Jawa), pasti lengkoknya merata antara satu dan lainnya
antara dua setengah jari. Dalam rasa pandangan keris kelihatan sedikit
memutih dan garing, dikarenakan air yang sengaja untuk campurannya
diambil dari air aisn. Keluarnya pamor seakan akan tidak teratur, tetapi
padat dan sebagian besar memakai dasar gambar pamor Gajih. Lebar sesuai
dengan panjangnya, maka keris kelihatan gagah berwibawa. Namun dalam
rasa perabaannya sedikit memberendul kurang rata.
- KERIS BUATAN JAMAN MAJAPAHIT
Dalam rasa semu keris buatan negeri ini bias dikatakan regu dan
wingit. Bentuk ganja sebit lontar, sirah cecaknya pendek tetapi halus
luwes. Gandiknya pendek sedikit miring, sogokan pendek luwes. Yang
dibuat lengkok (luk) kelihatannya luk sedikit renggang antara 3 jari.
Panjang kira kira dua kilan, diujung kelihatan runcing manis. Besinya
terasa padat kalau diraba terasa halus, dan kalau dipandang lama lama
keris keris berwarna hitam tetapi semu kebiruan, kering dan lumer halus.
Semuanya itu karena air yang diambil untuk mencampur dalam pembuatan
selalu dari pegunungan dan dipilihkan yang betul betul bersih.
Kebanyakan pengetrapan pamor selalu terang mabyordan dibuat ngrambut
atau bias dikatakan berserat serat panjang.
Keris ini masih sejaman dengan Majapahit,hanya perbedaan terletak
pada perwujudannya. Buatan Blambangan selalu terasa besinya kelihatan
basah tetapi sedikit bersinar putih. Karena campuran besi sedikit
kebanyakan besi penawangnya. Perabaannya terasa keras sebab air yang
dipergunakan untuk campuran diambil dari laut. Dasar pembuatan bentuk
gambar pamor masih banyak mengambil dasar pamor Gajih, namun banyak juga
yang diseling dengan cara mrambut. Keris yang dibuat Lengkok, bias
dilihat bahwa lengkoknya sengaja sengaja dibikin kurang merata dan
sedikit renggang kalau dibansingkan dengan buatan jaman Majapahit. Yang
dibuat lurus, pembikinannya begitu sahaja dan ujungnya tidak kelihatan
runcing.
- KERIS BUATAN JAMAN SEDAYU
Masih sejaman dengan Majapahit. Pembuatan bentuk gonjo selalu sabit
lontar sedikit panjang. Walau panjang juga sekitar dua kilan tetapi
kelihatan ramping, dan lurusnya sengaja dibuat mendoyong. Awak awakan
dari belakang kelihatan ramping, tetapi separo hingga ujung sedikit
melebar. Yang dibuat lengkok kelihatan lengkoknya manis tidak terlalu
merenggang dan tidak terlalu bergelombang. Hanya saja besi kelihatan
kurang cahaya. Pamor sangat kurang tetapi dibuat ngerambut, dan
pengetrapannya kurang memadat.
Begitu juga masih sejaman dengan jaman Majapahit. Yang dibuat lurus
kelihatan garang karena awak awakannya lebar, panjang ada yang melebihi
dua kilan dan dibuat tipis. Sirah cecak besar pendek. Yang dibuat
lengkok, kelihatan lengkoknya merenggang dan ujungnya runcing. Besi
kelihatan kering terlalu banyak besi bajanya. Pengetrapan pamor mubyar
padat. Jika diraba terasa halus.
Juga masih sejaman dengan Majapahit. Kalau dilihat terasa gagah,
sebab panjang ada yang melebihi dua kilan. Besinya matang tidak
kebanyakan menggunakan besi baja. Pamor kebanyakan memakai pola pamor
Gajih. Dan kalau dipandang lama seakan akan ber sap sap. Mungkin terlalu
lama dalam pembakaran, maka jika tidak hati hati merawat besi gampang
geripis, sebab air yang diambil dalam pembikinan adalah air laut. Yang
dibuat Lengkok, selalu tidak merata. Kebanyakan renggang di bagian
belakang, tetapi tengah sampai ujung sangat rapi.
- KERIS BUATAN JAMN SENDANG
Juga masih sejaman dengan jaman Majapahit, tetapi segalanya
kelihatan wagu. Panjang kurang lebih dua kilan. Yang keluar Lurus
sengaja dibuat lebar ujung tidak meruncing. Hanya besinya selalu
kelihatan hitam dan seakan akan basah. Karena airnya selalu mengambil
dari pegunungan. Kalau yang dibuta lengkok, lengkoknya kaku tidak
merata. Pengetrapan pamor kurang padat terasa mengambang. Namun begitu
keris dalam cara pembuatan ini sangat terasa kewingitannya. Kebanyakan
buatan dari jaman ini kerisnya selalu kelihatan lugu, tidak banyak
mengisikan ricikan, malah kebanyakan gonjo memakai cara irasan.
Pengetrapan pamor tidak teratur tetapi malahan menimbulkan rasa serem.
Jika diraba terasa halus.
Konon dalam penelitian, karena pamor yang diterapkan dalam badan
keris ini tidak begitu padat, maka bila ada yang meraba atau menelusur,
dianjurkan derijinya jangan sampai kena pamor, itu sangat berbahaya.
- KERIS BUATAN JAMAN KERAJAAN DEMAK
Kebanyakan buatan jaman ini mempunyai daya tarik tersendiri, ialah
bila dilihat sepintas lalu masih seperti meniru niru buatan Majapahit,
tetapi jika diperhatikan benar benar walau besinya basah seperti besi
Majapahit, namun pamor yang menempel disitu seolah olah mengambang. Dari
itu bias diketemukan musababnya, bahwa walau besi keris buatan Demak
memang terdiri dari besi pilihan, tetapi saying airnya yang terang tidak
memadai. Malah bias dikatakan air yang untuk mencampurpembuatan keris
dari negeri ini terdiri dari air asin.
- KERIS BUATAN JAMAN KERAJAAN PAJANG
Kelihatan besinya walau terpilih tetapi masih juga kurang campuran
bajanya dan kebanyakan kurang matang mencampurnya, sehingga dalam
perabaan terasa kurang mantap, apalagi yang keluar sebagai keris
berlengkok. Maka oleh para Mpu dikala itu , bila keris berlengkok,
dibuatnya agar keris sedikit besar (birawa: jawa), Sogokan panjang
tetapi manis, Gonjo dibuat panjang dan Gandik panjang pun miring.
Segalanya itu mungkin untuk menutupi kekurangannya, namun masih juga
tidak bias mengejar kesempurnaan melalui keluarnya Pamor. Sebab walau
keris tersebut dibesi pamor banyak sekalipun terpaksa banyak yang
terserap masuk kedalam awak awak. Jadi kesimpulannya: Keris dalam
pembuatan jaman Pajang ada buruk, tetapi ada baik jug, ialah: Kekurang
sempurnaan dalam pembuatan tersebut malahan menjadi sarana meresapnya
pamor yang diterapkan disitu, sehingga keris buatan Pajang ini bila
diuji mengenai daya keampuhannya mungkin lebih meyakinkan jika
dibandingkan dengan pembuatan masa lain.
- KEREIS BUATAN JAMAN KAHURIPAN
Keris buatan jaman ini mempunyai cirri tersendiri, ialah: Bila
sengaja dibuat lurus, kebanyak tidak memakai gonjo susulan pun tanpa
ricikan banyak. Maka kelihatannya tidak begitu mengesankan (kemba:Jawa).
Jika yang merupakan keris luk, maka pembuatan luknya tidak merata,
tetapi lantas menjadi cirri tersendiri, umpamanya mulai dari belakang
dekat gonjo luknya biasa seperti keris keris lain, tetapi setelah jatuh
ditengah lantas kembali hanya lurus saja. Pun juga mengenai pamornya
juga mempunyai daya tarik tersendiri, yalah: Hampir semua buatan jaman
ini pasti pamor sanak mrambut dan bias dibuat lurus urut taratur. Saying
tidak begitu terlihat sinarnya, malahan bias digolongkan suram tidak
bersinar.
- KERIS BUATAN JAMAN MATARAM
Keris buatan jaman ini bias dikatakan terdiri dari beberapa
kesatuan rasa pendapat, yang dicipta dan dibabar menjadi karya nyata.
Maka bias digolongkan cakriknya sudah mulai mendekati kesempurnaan,
dalam arti kata para empu di jaman ini tidak terikat harus membabar satu
macam bentuk dan dapur, tetapi sudah berani membabar segala sesuatu
yang diinginkan. Maka di jaman ini walaupun juga para empu masih
membabar keris cakrik Mataram pada jamannya, agar supaya bias menjadi
peninggalan cirri. Tetapi juga diantara para empu di jaman itu yang
membabar keris keris yang berbentuk atau dalam istilahnya dapur dari
jaman jaman terdahulu, umpamanya dapur Kyai Blabak dari Pajajaran, dapur
kyai Ganjawisa dari Majapahit dan lain lain.
Ciri khusus dari pembuatan jaman ini adalah, Gonjonya sebit lontar
sedikit panjang, besinya hitam kebiruan sebab air yang untuk mencampur
adalah air yang bersih. Bias dikatakan bahwa keris tersebut kurang
campuran bajanya. Jika membuat keris luk, menggelombangnya sangat
teratur, dan soal rabaan dari awak awak terasa sangat halus. Keluarnya
pamor kebanyakan byor.
- KERIS BUATAN MATARAM SENOPATEN
Buatan dijaman ini sudah bisa dikaatakan sempurna , berkat
manunggalnya rasa pendapat dalam cirri cirri pembuatan. Dijaman ini
mulailah para empu dapat membanding bandingkan mana yang sekiranya
kurang dan mengecewakan, disitu dalam pembuatan pada jamannya segera
diperbaiki. Maka pembuatan pada jaman ini sudah bias dikatakan baik
melebihi jaman jaman lain, sampai dengan pembuatan pada jaman Mataram
sebelumnya.
Keris pembuatan Mataram Senopaten mempunyai bentuk yang manis dan
luwes, jika keluar lurus kelihatan sedang dan tebal tipis maupun panjnag
lebarnya sangat diperhatikan, sehingga sangat indah dipandang. Besinya
hitam kebiruan tetapi bersinar, sebagai tanda pencampurannya seimbang.
Pengetrapan pamor sangat hati hati padat dan halus dalam perabaan. Dalam
kesimpulannya buatan Mataram Senopaten adalah paling sempurna dalam
rencana dan pembuatannya. Hanya saja mengenai keampuhan, mungkin
sebanding dengan bbuatan pada jaman jaman lain.
- KERIS BUATAN JAMAN SULTAN AGUNGAN
Dalam jaman ini dalam pembuatan keris tidak banyak berbeda dengan
Mataram Senopaten, hanya soal besinya sedikit mentah, tetapi sangat kaya
pamor.
Di sadur dari buku Pakem Pengetahuan Tentang Keris karya Koesni, 1979 terbitan CV Aneka Ilmu