Omah Keris Salatiga tempat ngopi syahdu pecinta tosan aji yang menjadi
ajang tukar kaweruh terkait Dhuwung/ keris. Latihan nangguh, mengenal
material, garap, pamor dan esoterinya. Bahkan saling balter, pemaharan
pusaka, jual beli aksesoris sandangan (mendak, pendok, warangka) dan
tempat pewarangan pusaka tradisional mangku kusuman. Omah Keris Salatiga didirikan oleh ketua Pamerkersa Joko Tingkir sebagai tempat silaturahmi dan edukasi serta layanan berbagai servis terkait tosan aji yang beralamat di Jln. Pagar Indah No.08 Bugel Salatiga Jawa Tengah.Omah
Keris Salatiga merupakan galeri tosan aji secara pribadi yang awalnya
sebagai hobi mengoleksi berbagai tosan aji, dan merawat pusaka (jamasan
atau pewarangan) juga menservis warangka serta memberi aksesoris
sandangan pusaka. Dari hal tersebut awal mula secara getok tular dari
mulut ke mulut di dengar sampai luar negeri.
Melihat hobi terkait tosan aji tentu bukan hal mudah sebab diera
globalisasi ini sangat jarang diminati bahkan hanya disukai seglentir
orang. Terlebih di kota tertua di Jawa yaitu Salatiga, terkait tosan aji
hanya sebatas sinengker (disimpan atau dirahasiakan) tentunya hal ini
untuk generasi yang akan datang menjadi lupa akan budaya warisan leluhur
secara turun temurun.
Dari awal inilah perlu adanya pembenahan, membangun serta melestarikan
budaya tosan aji agar dikenal di era sekarang mulai dari dasar, agar
generasi ke generasi kita menjujung tinggi warisan leluhur yang luar
biasa ini. Walau sebatas galeri pribadi dan layanan personal tentu omah
keris melangkah step by step secara personal atau siapa yang pengen
mengenal tosan aji. Sebab tanpa dukungan pemerintah setempat tentu
langkah ini tetap landai sebatas personal walau sudah ada beberapa yang
ikut berpartisipasi mendukung adanya Omah Keris Salatiga agar tetap
eksis mengenalkan budaya tosan aji khususnya di Salatiga.
Omah Keris
Salatiga juga memberi fasilitas wifi gratis sehingga ngobrol syahdu
tidak perlu mikir kehabisan kuota saat darurat. Hal ini juga nilai plus
sebab berada pinggiran kota kecil yang jauh dari keramaian. Banyak
teman-teman pecinta tosan aji dari berbagai daerah silaturahmi bahkan
ada beberapa pejabat dan kalangan pengusaha menyempatkan untuk datang
menjamas dan mewarangi pusakanya, mencari jodoh keris yang cocok,
menservis sandangan, dsb. Berbagai kalangan pecinta keris berbaur begitu
syahdunya sesama pecinta budaya tosan aji.
Diawali dengan budaya
tosan aji ini agar kota Salatiga yang menyandang gelar kota tertua di
Jawa ini peduli akan budaya warisan leluhur. Butuh sentuhan dan dobrakan
berani tampil, sebab selama ini hanya sembunyi seakan tidak ada yang
peduli. Dengan adanya Omah Keris Salatiga sebagai ajang pemersatu sesama
pecinta keris yang ada di kota Salatiga terutama semua anggota Pamerkersa Joko Tingkir, juga wadah silaturahmi berbagai paguyuban tosan aji
agar saling bersilaturahmi, tentunya ada nilai plus juga kegiatan positif
mengenalkan budaya pada semua masyarakat lebih mengenal keris dan tempat
edukasi generasi muda agar terjaga dan lestari warisan leluhur kita
semua.
Keris Produk Budaya Kearifan Lokal Sebagai Simbol Kebesaran
Bicara
tantang tosan aji adalah benda pusaka berbentuk senjata tradisional
seperti tombak, keris, pedang, wedung, rencong, atau badik. Tosan aji
merupakan perpaduan antara seni budaya yang tinggi dan teknologi
metalurgi yang canggih. Tosan aji yang sangat populer adalah keris.
Keris merupakan benda pusaka berbentuk senjata jenis tikam golongan
belati. Secara budaya keris adalah kearifan lokal warisan yang dimiliki
hampir setiap daerah di Nusantara. Namun di masing-masing daerah keris
memiliki ciri, bentuk, serta pamor yang berbeda-beda. Pada masa lalu
keris tidak hanya berfungsi sebagai senjata untuk duel dalam peperangan,
atau sebagai benda pelengkap sesajian. Namun, keris menjadi simbol
kebesaran beberapa kerajaan di Nusantara. Keris atau tosan aji ini juga
dipercaya bisa menimbulkan rasa keberanian, menjadi penambah kepercayaan
dan kewibawaan bagi si pemakai atau yang membawanya. Termasuk menjadi
bentuk kepercayaan dari seseorang jika tosan aji itu merupakan
pemberian. Namun, seiring perkembangan zaman, keris lebih merupakan
benda aksesori (ageman) dalam berbusana, atau sebagai benda-benda
koleksi yang memiliki nilai estetika seni, dengan unsur budaya kearifan
lokal sebagai karya yang adiluhung. Jadi memiliki keris juga menunjukkan
status sosial seseorang dalam kacamata budaya. Monggo ngopi syahdu di
omah keris salatiga, peduli budaya sebagai pemerhati dan pelestari tosan
aji di kota tertua di tanah jawa.